Love and Friendship part 1

PRIIIIIITTTT…
Bel tanda pelanggaran berbunyi. Sunghee terjatuh. Dia didorong oleh Raerim, anak kelas sebelah yang sedang bertanding basket dengannya. Sekarang memang sedang pelajaran olahraga. Pertandingan basket antar kelas. Sejauh ini, kelas Sunghee unggul 4-2 dari kelas Raerim. Raerim yang sepertinya tidak terima langsung mendorong Sunghee saat dia akan memasukkan bola ke ring. Akibatnya, Sunghee terjatuh dan dari sikut dan lututnya keluar darah segar.

“Ah..” rintih Sunghee kesakitan.
“Aduh, maaf..” Raerim membantu Sunghee berdiri. Dia lalu memapah Sunghee ke pinggir lapangan. Pertandingan pun tertunda sementara.

“Gwaenchanayo?? Jeongmal mianhae…” Raerim seperti merasa bersalah. Sepertinya dia menyesal.
“Gwaenchana…” Sunghee tersenyum. Dia sedang diobati oleh petugas medis sekolah. Luka di sikutnya sudah diperban. Sementara luka di lututnya masih diobati.

“Raerim ah, ayo main lagi!”
“Ah, ok!”
“Mian ya…” Raerim meminta maaf lagi. Lalu dia kembali ke lapangan. Tinggal Sunghee dan beberapa murid yang sedang menunggu giliran main di pinggir lapangan.

“Sunghee ah, gwaenchanayo??” tanya seorang cowok berseragam sekolah biasa.
“Yongjoon ah…”
“Gwaenchana?” cowok yang bernama Yongjoon itu bertanya lagi.
“Gwaenchana”
“Lain kali hati-hati ya! aku mau ke ruang guru eehhh melihatmu diperban begini. Dasar kau ini.” Dia mengacak-ngacak rambut Sunghee.
“YAH!! Jangan mengacak-ngacak rambutku!!”
“Hahahahaha…memangnya kenapa??”
“Ga sopan megang kepala orang sembarangan!!”
“Okok…ya sudah aku ke ruang guru dulu ya! Seperti biasa, pulang bareng nanti.”
“Hei, kau pasti melanggar peraturan sampai dipanggil ke ruang guru ya??”
“Enak saja! Aku mau memberikan laporan ini.”
“Baiklah. Sana pergi!”
“Tanpa disuruh juga aku mau pergi!”

Raerim yang melihat adegan itu jadi tidak konsentrasi pada permainan. Buktinya, dia membiarkan lawannya mencetak banyak angka. Akhirnya permainan selesai. Dengan dimenangkan oleh kelas 2-1, kelasnya Sunghee. Kelas 2-1 langsung bergembira. Mereka bersorak dan bertepuk tangan dengan hebohnya. Sementara tim yang kalah hanya bisa ikut bertepuk tangan.

“Aiishh…ada apa denganmu Raerim?? Kenapa kau membiarkan dia menang? Biasanya kan kamu yang selalu memasukkan bola ke ring lawan. Kenapa sekarang kau seperti sedang melamun??” tanya Soosang, teman Raerim.

Raerim terdiam. Dia menatap Sunghee kesal. Dia menyukai Yongjoon. Tapi Yongjoon hanya melihat ke arah Sunghee. Selalu saja Sunghee.
Raerim duduk menjauh dari teman-temannya. Dia menelungkupkan kepalanya di antara kedua tangannya yang dilipat. Dia kesal pada dirinya sendiri. Tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh pipinya. Dia mendongak. Sunghee sedang menyodorkan sekotak orange juice sambil tersenyum. Dia heran. Dia gak marah sama aku? Aku kan udah ngedorong dia sampai luka-luka, pikir Raerim.

“Kenapa ga diambil? Buatmu.” Sunghee tersenyum.
“Gomawoyo…” Raerim menerima pemberian Sunghee. Sunghee tersenyum.
“Kapan-kapan kita main lagi ya! Tadi kamu hebat! Aku aja sampe kewalahan ngelawan kamu. Hahahahaha…lanjutkan! Tos dulu ah…” Sunghee mengulurkan tangannya. Raerim menerima tangan Sunghee sambil tersenyum. Mereka pun bertos. Sunghee pun berjalan kembali ke tempat duduknya yang sebelumnya. Jalannya terpincang-pincang. Tiba-tiba Sunghee terpeleset. Dia nyaris jatuh. Raerim dengan gesit langsung merangkul tubuh Sunghee sehingga dia tidak jatuh. Sunghee tersenyum. mereka tersenyum. Raerim memapah Sunghee ke tempat duduk.

“Gomawoyo”
“Chaeomanhaeo”

Raerim kembali ke tempatnya tadi. Pelajaran olahraga pun selesai. Yongjoon menghamipiri Sunghee. Dia memapah Sunghee ke kelas. Mereka mengobrol dengan seru. Sesekali wajah Yongjoon mendekat untuk mendengarkan suara Sunghee. Raerim menjadi sangat kesal. Seketika dia menjadi kesal kembali pada Sunghee.

Sunghee ah…
Kenapa hanya kamu yang dilihat Yongjoon?? Dia sepertinya tidak pernah melihat ke arahku sekalipun. Aku benci padamu. Jangan harap perlakuanku tadi tulus Sunghee ah, pikir Raerim.

Saat pulang sekolah…

“Sunghee-sshi, ayo pulang! Lama sekali!” Yongjoon berdiri di sebelah Sunghee yang sedang membereskan bukunya.
“Hahhh..buku-buku ini..bantu aku membawanya ke perpus!”
“okay okay..” Yongjoon langsung membawa sebagian buku. Mereka pun berjalan ke perpus. Tiba-tiba Sunghee bertemu Raerim. Sunghee tersenyum padanya tapi Raerim hanya diam. tiba-tiba…

“Sunghee ah, boleh pinjam catatanmu? Aku tidak masuk kemarin.”
“Jonghyun-sshi! Sebentar..”

“Raerim ah, bisa gantikan aku membawa buku-buku ini? Kamu dan Yongjoon saja ya yang membawanya. Gomawoyo.”
“YAH! Lee Sunghee! Mau kemana kamu?? Bisa jalannya kan??”
“Tenang saja, aku baik-baik saja kok. Aku mau ke kelas sebentar, kebetulan buku catatanku ada di kolong meja tadi.”
“Baiklah…”
“Raerim ah, tolong bawakan bukunya ya! gomawo!”

Sunghee langsung menghampiri Jonghyun. Raerim langsung berjalan di samping Yongjoon. Jantungnya berdegup kencang. Selama ini mereka diam.

“Namamu siapa? Raerim?”
“A.. euu…i-iya…nan Han Raerim imnida..”
“Lee Yongjoon imnida.”

….
….
Hening. Aku ingin bertanya banyak padanya. Tapi saat melihat wajahnya, pertanyaanku langsung sirna seketika, pikir Raerim.

Mereka sudah sampai di perpus. Mereka langsung menyimpan buku-buku tersebut dan kembali ke kelas.

“Pulang kemana?” tanya Yongjoon.
“Ke rumah.”
“Maksudku rumahmu dimana?”
“Di Jl. Mallatjyo.”
“Oh. Aku di Jl. Akilla”
“Oh”

Di kelas..
“Yongjoon ah, masih mau pulang bareng sama aku?” tanya Sunghee.
“Ya.”
“Ok, ayo pulang. Jonghyun-sshi juga mau ikut?”
“Ah, aku sudah ditunggu Taemin. lain kali saja ya!”
“Ok”
“Ya sudah Sunghee, ayo cepat!”
“Kenapa sih? Buru-buru sekali…”
“Aku ingin main komputer!”
“Beuh”

Sunghee dan Yongjoon pun pulang bersama. Raerim menatap mereka. Tiba-tiba Sunghee berbalik dan melambaikan tangannya pada Raerim. Tapi Raerim hanya diam. Sunghee pun melanjutkan perjalanan.

“Sepertinya kakimu sudah sembuh.”
“Ya. tapi masih agak sakit sedikit.”
“Hhmmm…” Yongjoon mengangguk-ngagguk sambil memperhatikan kaki Sunghee.
“Lalu tanganmu?”
“Sama seperti kakiku.”
“Baiklah. Bagus kalau begitu.”

Mereka terus berjalan ke tempat parkir. Tanpa mereka sadari, Raerim mengikuti mereka. Dia menatap mereka dari jauh.
“Lee Sunghee, kau akan mati besok.”

————————————-
Sunghee membuka lokernya. Pagi itu sekolah masih sepi. sepertinya dia datang terlalu pagi. Hmm…ada surat. Isinya:

“YAH LEE SUNGHEE!! DATANGLAH KE TAMAN BELAKANG SEKOLAH! PENTING! KUTUNGGU KAU DI SANA SEPULANG SEKOLAH!”

Hhmmm…ada ada saja, pikirnya.

Dia menutup lokernya. Saat berbalik ke kanan, dia melihat Jonghyun.
“Annyeong” sapa Jonghyun.
“Annyeong Jonghyun”
“Pagi banget udah dateng.”
“Hahaha…iya nih lagi rajin. Kamu juga pagi tuh.”
“Iya biasanya juga begitu kalau aku. Mau kekelas? Atau mau kemana dulu?”
“Hmm…kalau langsung ke kelas rasanya bakal membosankan.”
“Kamu sudah sarapan?”
“Belum.”
“Ya sudah, kita beli makanan saja.”
“Okay.”

Sunghee dan Jonghyun pun pergi ke kafe sekolah. setelah makan mereka kembali ke kelas masing-masing.

Hei, ada sesuatu yang aneh di meja Sunghee. Permukaannya menjadi lengket dan bau menyengat. Sepertinya meja itu telah diberi lem aibon oleh seseorang. Sunghee mendesah pelan.

“Hhh…diantara kalian…ada yang tau apa yang terjadi dengan mejaku?”
Semua menggeleng.
“Memangnya kenapa?” Tanya Chaerin.
“Kau bisa lihat sendiri. Bagaimana aku bisa belajar kalau keadaannya begini.”
“Omona…siapa yang berani melakukan ini?? Akan kubunuh dia!”
“Sudahlah…biar aku saja yang membunuhnya.”
“Waw..bunuh-membunuh…Sunghee-sshi, ga disangka kamu orangnya begitu.” Ledek Donghae, teman sekelas Sunghee.
“Yah…aku memang begini.”

“Annyeonghaseo..” Yongjoon masuk ke kelas. Dia heran melihat meja Sunghee yang lengket.
“Ada apa ini?”
“Biasa orang iseng.” Jawab Jaeyoung.
“Siapa?? Akan kubunuh dia!”
“Ga perlu repot-repot, aku yang akan membunuhnya.” Ucap Sunghee.
“Mungkin sebelum kau membunuhnya kau sudah mati duluan Sunghee.” Ledek Jessica. Mungkin dia hanya bercanda. Sunghee hanya tersenyum dipaksakan mendengarnya. Sementara itu Raerim mendengarkan percakapan mereka dari jauh. Saat dia mendengar perkataan Jessica entah kenapa dia jadi merasa bersalah.
“YAH! JESSICA JUNG! Apa maksudmu bilang begitu hah??” teriak Chaerin marah.
“Nothing. Hanya saja aku tau, Lee Sunghee, cewek berpenyakit kanker. Ya kan Sunghee? Kau sakit kan??” Jessica menatap Sunghee dengan tatapan mengejek.
“Memangnya kenapa kalau dia sakit hah?? Dia sehat tau!” Chaerin masih marah.
“Sudahlah, bantu aku mencari pelaku ini saja. Biar aku bisa membunuhnya sebelum aku mati.”
“Sunghee-sshi…sini sebentar.” Yongjoon langsung menarik tangan Sunghee. Sunghee menurut. Chaerin masih bertengkar dengan Jessica. Kali ini Donghae melerai mereka.

Yongjoon menarik Sunghee ke taman belakang sekolah. Yongjoon langsung menatap Sunghee lekat. Sunghee menunduk.

“Apa perkataan Jessica tadi benar?”
“Untuk apa mempercayai dia.”
“Jawab saja, benar atau tidak?!”
“Hhh…apa itu penting?”
“Tentu saja penting!”
“Kenapa memangnya? Kau khawatir kalau aku sakit?”
“Tentu saja! Aku kan suka padamu!”
“Ya aku juga suka padamu. Tapi aku biasa saja.”
“Hhh…Lee Sunghee..”
“Lee Yongjoon..”
“Tolong jawab pertanyaanku!”
“Yang mana?”
“Kau sakit kan?”
“Tidak, aku sehat.”
“Benar?”
“Ya! kalau perlu kau bisa tanya kakakku!”
“Kakakmu? Hyukjae hyung?”
“Iya! Tanya saja padanya!”
“Baiklah. Tapi kalau kau benar sakit, lihat saja nanti akibatnya.”

Sunghee memutar bola matanya. Dia menatap Yongjoon kesal. Yongjoon pun pergi. Sunghee masih ada di taman belakang. Tiba-tiba Sunghee terbatuk-batuk. Darah. Di tangan Sunghee yang dipakai untuk menutup mulutnya tadi terdapat darah.

“SHIT!!”
————————————
Bel pulang telah berbunyi. Raerim sedang berjalan ke toilet. Di toilet dia melihat Sunghee sedang mencuci muka dan membasuh tangannya.

“Hai” sapa Raerim singkat. Dengan setengah hati tentunya.
“Haahh….h-hai…”
“Kau kenapa?”
“Tidak apa-apa…aku memang suka begini.”

Raerim menatap Sunghee curiga. Sunghee seperti kecapekan. Nafasnya tidak beraturan seperti habis berlari. Akhirnya Raerim tidak memperdulikan Sunghee lagi. Setelah selesai, Raerim langsung meninggalkan Sunghee yang masihs ada di wastafel.

“A-annyeong Raerim, lihat Sunghee?” Tanya Jonghyun. Jonghyun ini teman sekelas Raerim sebenarnya.
“Di toilet. Memangnya kenapa?”
“Eng….ah sini bentar!”

Jonghyun langsung menarik Raerim ke suatu tempat. Ke kafe. Mereka duduk berdua dan Jonghyun langsung memesan makanan. Raerim kaget diperlakukan begitu. Tindakan Jonghyun ini sangat tiba-tiba.

“YAH! Ngapain kamu narik aku begini hah?”
“Tunggu jangan marah dulu. Aku sebenarnya…suka…”Raerim menunggu lanjutan perkataan Jonghyun dengan kesal.
“Aku..suka…sama….” Raerim mulai curiga. Apa Jonghyun suka padanya?
“Aku..suka sama…Sunghee.” Raerim menghela napas. Dia memukul lengan Jonghyun.
“Kau ini! Aku sampai tegang sendiri ternyata…”
“Kenapa? Kau kira aku bakal menembakmu? Bhah, jangan harap!”
“Dih, aku sukanya sama Le Yongjoon kok!”

“Eh?” suara yang sangat dikenal Raerim. Ya, Lee Yongjoon. Raerim berbalik ke arah suara. Yongjoon sedang berdiri mencari tempat duduk. Bersama seorang cewek. Tapi bukan Sunghee. Lalu kemana Sunghee?

Cewek itu memeluk lengan Yongjoon mesra. Raerim menjadi marah melihatnya. Jonghyun hanya terbengong-bengong melihat ke arah Raerim, Yongjoon, dan cewek itu.

“Kau suka padaku?” tanya Yongjoon polos.
“A-aniyo…tidak, aku tidak suka padamu!” elak Raerim. Yongjoon hanya mengangkat bahu. Dia pun duduk bersama cewek itu. Raerim berbalik ke arah Jonghyun yang cengengesan.

“EHEM! Pffttt…*nahan ketawa* ahahahahahaha…” Jonghyun tertawa dengan suara pelan. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Berusaha untuk tidak tertawa. Tapi sia-sia. Ditambah lagi ditatap dengan pandangan siap membunuh Raerim. Dia malah makin susah menahan tawa.

“Shut up, Kim Jonghyun.”
“Ehem..haduhh…coba kalau ada Key di sini. plus Onew sekalian. Kita bertiga bakal susah menahan tawa.”
“Sudahlah! Apa kejadian tadi lucu hah??”
“Menurutku begitu. Nasibmu Raerim-sshi.”
“Huh! Sudahlah, apa sih tujuanmu membawaku ke sini??”
“Yaa…aku mau bertanya padamu. Cewek tuh suka dikasih apa sih? Jangan menurut pendapatmu ya! aku tau kau pasti akan menjawab mobil.” Raerim memutar bola matanya kesal.
“Kasih saja cincin. Dengan kata-kata ‘nawa kyeoreonhaejullae?’ pasti cewek senang banget.”
“Hei…kau ini bagaimana? Aku mau memberikan sesuatu pada Sunghee! Bukan melamarnya!”
“Kau ingin jadi pacarnya kan? Sudah, beri dia kalung dan katakan ‘maukah kau menjadi pacarku?’ sudah. Begitu saja. Beres.”
“Bicara denganmu memang tidak berguna.”
“Lalu kenapa mau bicara denganku?”
“Yah..entahlah. aku mau bicara dengan Eunsuh saja. Dia lebih bisa diharapkan untuk urusan begini.”
“Ya sudah sana!”
“Ya sudah aku pergi. Annyeong jumu seiyo.”
“Hush husshh…”
Jonghyun berjalan dengan santai keluar kafe. Saat Raerim mau berdiri dan berjalan pulang, seorang pelayan mencegatnya.
“Ehmm..maaf, ini billnya.” Raerim menatap pelayan itu. lalu dia terpaksa mengeluarkan uangnya untuk membayar makanan mereka berdua tadi. Setelah diluar kafe…

“Kim Jonghyun!!!!!! Kubunuh kau!!”

————————————————
“Sunghee ah, kau tidak apa-apa?” Hyukjae bertanya pada adiknya yang satu itu. Dari tadi Sunghee terlihat kecapekan.
“Ahh…aniyo oppa..aku tidak apa-apa…”
“Kau sepertinya kecapekan. Kau sakit?”
“Tidak.”
“Tadi temanmu Yongjoon bertanya padaku apa kau sakit, dan kujawab tidak. Aku heran. Tapi kelihatannya sekarang kau benar-benar sakit.”
“Tidak, aku tidak apa-apa.”
“Ada apa? kudengar mejamu tadi juga penuh lem. Tapi Yongjoon sudah membereskannya. Ada masalah cerita saja padaku. Aku ini oppamu yang baik.” Sunghee tertawa mendengar kalimat terakhir oppanya itu. dia menghela napas. Hyukjae mengajaknya duduk di bangku taman. Mereka memang sedang berada di taman.

“Haahh…jadi begini…” Sunghee menceritakan semuanya. Dia memang tidak bisa menyimpan sesuatu dari oppanya ini. Hyukjae yang biasa dipanggil Eunhyuk mendengarkan dengan seksama. Dia sesekali mengangguk.

“Nah, begitu ceritanya.”
“Hmm…apa kau punya pikiran kalau pelakunya Raerim?”
“Maksudmu apa? dia temanku. Hanya saja sifatnya begitu.”
“Yah, lihat saja. Kau menyapanya tapi dia diam. kau berbuat baik padanya tapi dia mengabaikanmu. Mungkin dia suka Yongjoon tapi Yongjoon hanya dekat denganmu. Makanya dia marah dan mau menyiksamu.”
“Bisa jadi sih..”
“Ada lagi yang ingin diceritakan? Wajahmu masih nyimpen masalah.”
“Eng…temanku bilang aku sakit kanker.”
“Apa? siapa?”
“Jessica Jung. Entah kenapa dia bilang begitu. Aku sehat kok.”
“Heii…jangan-jangan perkataannya benar. Kau sekarang lesu sekali Sunghee.”
“Tidak, aku sehat. Dia yang mengada-ngada. Aku tau satu sekolah membenci Jessica Jung.”
“Hmm…ikut aku!”
“Kemana?”
“Sudahlah ikut saja.” Eunhyuk langsung menarik Sunghee ke mobilnya. Dia langsung memacu mobilnya ke rumah sakit.

Setelah sampai..
“Apa-apaan ini oppa? Ngapain ke rumah sakit?”
“Check up.”
“Hah?”
“Kau yang check up. Ayo!”
“Andwae…”
“Ayolah Lee Sunghee adikku tersayang..” Eunhyuk menarik tangan Sunghee.
“Gamau..”
“Pulangnya aku belikan es krim.”
“Kau kira aku anak kecil??”
“Ya sudah, pulangnya aku belikan mobil.”
“Bhah…bohong banget.”
“Ya sudah ayolah…kalau kau ga mau check up berarti perkataan Jessica benar. Kalau begitu aku bakal jadian dengan Jessica seterusnya. Kau mau aku jadian dengannya?”
“ANDWAE!”
“Ya sudah cepetan…”
“Baiklah, baiklah!” Sunghee keluar dari mobil.
“Gitu donk. Ini baru adik oppa!” Eunhyuk mengelus kepala Sunghee. Sunghee memalingkan wajah.

Sunghee pun check up. Hasilnya..

To be continued

by: yesunghee

12 responses to this post.

  1. Posted by indri on Oktober 25, 2009 at 2:14 am

    heu.. knp aku jahat … kmu mah…… ih …tpi gpp lah..

    Balas

  2. Posted by maiia on Oktober 25, 2009 at 2:29 am

    aku rada ga ngerti critanya…
    tpi bgus kok..
    lanjutkan!! (SBY mode on)

    Balas

  3. Posted by maiia on Oktober 25, 2009 at 2:30 am

    itu chaerin yg komen ya….

    Balas

  4. Posted by keyeunsuh on Oktober 25, 2009 at 8:29 am

    aku gak ada di sini?
    huhh…
    raerim siapa?

    Balas

  5. Posted by indri on Oktober 25, 2009 at 9:11 am

    yah terserah lah… yg penting part 2……

    Balas

  6. part 2 ditunggu ja yah
    gomawo dah mo bca n komen
    ^_^

    Balas

  7. Posted by So hee on Oktober 30, 2009 at 12:30 pm

    Kok so hee.a gk ada sih?

    Balas

  8. Posted by indri on November 1, 2009 at 8:55 am

    hahhhha…..

    Balas

Tinggalkan komentar